Minggu, 08 Mei 2011

Sehatkan Keluarga dengan Minyak Kelapa


2010 09 06 03 36 08 lengo   dc Sehatkan Keluarga dengan Minyak Kelapa
INDONESIA yang terkenal sebagai negara penghasil kopra kini terlihat tak berdaya dengan produksi minyak kelapa. Penggunaan minyak kelapa sebagai minyak goreng ditinggalkan sejak Indonesia berfokus pada minyak sawit. Padahal minyak kelapa memiliki khasiat kesehatan yang lebih unggul ketimbang minyak sawit.
Sebagai bahan memasak yang digunakan hampir seluruh rumah tangga di Tanah Air, minyak sawit mengandung asam lemak jenuh yang terbilang tinggi (hampir 50 persen). Meski begitu, kini telah ada studi yang ada menunjukkan bahwa minyak sawit berbeda dengan lemak yang bersifat hipokolesterolemik (meningkatkan kolesterol) seperti lard (lemak hewan).

Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil adalah minyak kelapa yang dibuat dari bahan baku kelapa segar dan diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali serta tanpa bahan kimia. Proses itu membuat kandungan senyawa-senyawa penting yang dibutuhkan tubuh tetap utuh. Minyak kelapa murni dengan kandungan utama asam laurat ini memiliki sifat antibiotik, antibakteri, dan antijamur.
Karena berkadar air dan asam lemak bebas yang rendah, warna minyak kelapa pun bening, berbau harum, dan tahan lama bila disimpan yaitu lebih dari 12 bulan. Penggunaan energi dalam pembuatan minyak kelapa terbilang tak terlalu besar sehingga kandungan kimia dan nutrisinya tetap terjaga terutama asam lemak dalam minyak.
Minyak kelapa juga mengandung vitamin A, D, E, dan K, serta provitamin A (karoten) yang larut dalam lemak sehingga penting bagi metabolisme tubuh. Menurut penelitian terhadap penduduk di Pulau Nikobar, Indoa, dan Lashavadeep, serangan kardiovaskular di kalangan warganya sangat rendah karena mereka menggunakan minyak kelapa sebagai minyak untuk mengoreng makanan.
Kualitas
Apabila dibandingkan dengan minyak sawit yang kerap digunakan sebagai minyak goreng, minyak kelapa murni memiliki kualitas yang lebih baik. Minyak sawit juga berwarna kuning kecoklatan, berbau tidak harum, dan mudah tengik sehingga daya simpannya tidak bertahan lama (kurang dari dua bulan). Penggunaan minyak sawit sebagai minyak goreng terbilang lebih populer karena dari segi ekonomi harga minyak sawit lebih murah daripada minyak kelapa murni.
Sayangnya, meskipun tergolong andalan, penanaman minyak sawit di Indonesia masih menyisakan berbagai persoalan, seperti dari faktor kerusakan lingkungan karena tanaman sawit ditanam secara tak terkendali mulai dari kawasan hutan, area penghasil pangan, lahan gambut, hingga kawasan perlindungan. Selain itu, ada permasalahan perebutan tanah antara petani sawit kecil dan perusahaan besar serta penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang mencemari lingkungan hingga ke kawasan pesisir.

0 komentar:

Posting Komentar